Daftar Isi





By: [Cak Dhol] (BINA USAHA MANDIRI BINA USAHA MANDIRI)

Minggu, 08 November 2009

WARTA BUM: wartacom

WARTA BUM: wartacom
Sebuah link yang mengangkat kehidupan sosial menengah kebawah. warta ini sebenarnya warta yang sangat sederhana, kami berharap dari semua pihak untuk bisa membantu (post) dalam sebuah blog kami. Keadaan sekeliling dan lingkungan kita dapat mempengaruhi kita. Keadaan jiwa juga dapat mempengaruhi kita. Keadaan suasana hati dapat pula mempengaruhi kita. Mempengaruhi untuk bersikap berpartisipasi dan melakukan sesuatu tindakan. Pada beberapa waktu lalu, saya diberitahu tentang banyaknya pengemis yang dapat penghasilan 1-2 juta per hari. Ibu-ibu tua, bahkan anak-anak di pinggir jalan tiba- tiba penghasilannya meningkat di bulan Ramadhan dan puncaknya pas lebaran. Karena hal ini pula seringkali mereka khusus datang dari desa ke kota hanya untuk dapat melakukan/meraup penghasilan yang berlebih walaupun itu degan bekerja sebagai pengemis. Upaya mengurangi kemiskinan secara komprehensif dan terfokus dalam rangka mengatasi bertambahnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran terus dilakukan. Kemiskinan makin meningkat dan pengangguran makin bertambah salah satunya adalah disebabkan oleh karena banyaknya barang barang sembako yang tidak menentu harganya/ di mana harga-harga berfluktuasi dan lapangan kerja makin terbatas. Program Penanganan Ekonomi Sosial Masyarakat (P2SEM) Jawa Timur dimaksudkan untuk memperkuat dukungan pada program-program reguler penanganan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Dalam implementasinya, program tersebut diharapkan untuk mempertimbangkan potensi lokal (sumber daya lokal dan sumber daya manusia), mengedepankan partsisipasi masyarakat, dan diarahkan untuk memperkuat sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya local. Usaha mikro dapat digolongkan sebagai jenis usaha pinggiran, asumsi ini berdasarkan fakta yang menyertainya yaitu penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Namun demikian, sejumlah kajian di beberapa negara termasuk Indonesia menunjukkan bahwa usaha mikro berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu, usaha mikro juga merupakan salah satu komponen utama pengembangan ekonomi lokal, dan berpotensi meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Ada beberapa pendekatan untuk menumbuhkembangkan usaha mikro, yaitu secara individu, kelompok, dan gabungan keduanya. Namun kebanyakan pakar dan praktisi menyaranakn untuk menggunakan pendekatan kelompok, karena kelemahan dalam manajemen selalu menyertai usaha mikro. Upaya pengembangan usaha mikro telah banyak dilakukan oleh lembaga non pemerintah maupun pemerintah. Hal itu biasanya diwujudkan dalam bentuk pelatihan manajemen dan bantuan modal usaha, serta pendampingan. Upaya ini sangat mungkin berjalan agak mudah, karena penerima upaya umumnya telah memiliki unit usaha sehingga mampu mengindentifikasi kekuatan dan tantangan yang akan dihadapinya berdasarkan pengalaman yang telah mereka lalui. Namun upaya untuk menstimulasi perintisan usaha mikro relatif jarang dijadikan program baik oleh ornop maupun pemerintah sendiri. Salah satu hambatan yang ditemui oleh pemberi upaya adalah sulitnya menentukan dan menjaring sasaran. Hal ini sebetulnya tidaklah kemudian menutup kemungkinan untuk melakukan upaya tersebut. Apalagi dalam kondisi ekonomi tak menentu seperti saat ini. Kemudian dari sisi penerima upaya (sasaran) hambatan yang kerap mengemuka adalah ketakutan untuk memulai. Takut jika nanti unit usahanya gagal, kemudian berakhir bangkrut. Tentu hambatan ini diluar sulitnya akses modal yang sudah menjadi rahasia umum dunia usaha mikro. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur senantiasa didatangi para urban untuk mengadu nasib. Pada perkembangannya, kota Surabaya kemudian mengalami metamorfosis dari kota industri menjadi kota jasa, perdagangan, dan administratisf. Latar Belakang Pendekatan pengembangan masyarakat yang partisipatoris harus dimulai dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Pendekatan ini harus menilai dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan mereka, dan memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri. Ini memerlukan perombakan dalam seluruh praktek dan pemikiran, disamping bantuan pembangunan (pemberdayaan). Kemandirian masyarakat partisipatoris mengindikasikan adanya dua perspektif; pertama: pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan program yang akan mewarnai hidup mereka, sehingga dengan demikian dapatlah dijamin bahwa persepsi setempat, pola sikap, dan pola berpikir, serta nilai-nilai dan pengetahuannya ikut dipertimbangkan secara penuh. Kedua: membuat umpan balik yang pada hakekatnya bagian tak terlepaskan dari kegiatan kemandirian masyarakat. Kedua perspektif ini akan mampu mengoptimalkan indikator yang mencakup: ketersediaan, relevansi, akses, penggunaan, cakupan, mutu, upaya, efisiensi, dan dampak dari proses dan pelaksanaan pengembangan kemandirian masyarakat. Adalah sesuatu yang sudah semakin jelas bahwa metode pengembangan kemandirian melalui program – program kegiatan (BUM) merupakan salah satu cara pendekatan bagi pembentukan kesadaran dan kemampuan/peningkatan keterampilan (skill) dari suatu kelompok masyarakat. Partisipasi kelompok merupakan sesuatu yang sangat penting untuk bertukar gagasan tentang arah dari suatu komunitas. Oleh sebab itu Bina Usaha Mandiri (BUM) harus berupaya dengan sekuat tenaga untuk melibatkan semua pihak masyarakat. Mereka harus diajak dalam diskusi, pemahaman teori, praktek, dan sebagainya; karena keterlibatan tadi merupakan cara yang paling tepat dan efektif. Untuk mendidik secara serius, berarti merencanakan suatu cara belajar dan menggunakan waktu yang tepat bagi keyakinan serta keterbukaan untuk berkembang menjadi mandiri. Program Pengembangan Bina Usaha Mandiri diharapkan mampu menjadi salah satu jalan keluar untuk mengurangi masalah-masalah ketimpangan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi di komunitas kawasan perkampungan lokal. Keadaan yang demikian bisa dilihat terutama di wilayah Surabaya Barat yang merupakan pilihan bagi kebijakan pengembangan pembangunan di Surabaya. Plan Kota Mandiri yang dikembangkan di daerah ini merupakan wujud nyata dari kebijakan rencana umum tata ruang kota. Konsep kota modern yang dikembangkan memunculkan pesatnya pendirian pemukiman mewah lengkap dengan segala fasilitas penunjangnya, seperti: lapangan golf, gedung perkantoran, sarana rekreasi kota, mall dan swalayan, sarana pendidikan yang mewah, dll. Suatu lingkungan yang kontras dengan situasi masyarakat asli di daerah itu, baik dinilai dari keadaan ekonomi, sosial, maupun budaya. Guna memberikan dukungan yang memadai terhadap besarnya tingkat pengangguran (akibat kehilangan sebagian besar tanah pertanian) yang dihadapi oleh masyarakat sekitar kawasan pemukiman modern, pembinaan melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan, merupakan salah satu cara dalam mengembangkan proses pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendekatan pendidikan ketrampilan. Perkumpulan Bina Usaha, yang pendiriannya dirintis bersama-sama Pemuda masyarakat dan pihak Lembaga Pengembangan Masyarakat Komunitas Surabaya Barat, pada tahun Th 2005 telah dirintis untuk membentuk suatu Perkumpulan yang bisa memenuhi tujuan diatas 1) Th 2004-2005 menjalankan kerja sosial bersama masyarakat, Organisasi masyarakat lokal yang ada (Remaja Masjid, LKMK dan Karang Taruna) 2) Th 2005 baru mulai bekerja sama dengan sebuah Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM). 3) Th 2008 baru dilakukan pendirian/Legalitas Perkumpulan dengan Nomor Akta Notaris : 02. Tanggal 11 Oktober Th 2008 Visi Perkumpulan “BINA USAHA MANDIRI” (BUM) KERJA SOSIAL BERKELANJUTAN YANG BERTUMPUH PADA KEMANDIRIAN BERWIRA USAHA. Misi • Menata dan Membangun masyarakat dengan program berkelanjutan • Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses kerja sosial berkelanjutan • Meningkatkan SDM melalui pemberdayaan di berbagai bidang • Memberikan layanan informasi yang akurat terhadap masyarakat sesuai dengan kebutuhannya • Meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian untuk lembaga dan masyarakat MAKSUD DAN TUJUAN 1. Untuk menguatkan motivasi dan semangat wirausaha penduduk terutama yang berada pada usia produktif namun masih menganggur. 2. Untuk menumbuh kembangkan keterampilan dan manajemen usaha dalam rangka perintisan usaha mikro terutama bidang jasa dan makanan. 3. Untuk menstimulasi munculnya unit-unit usaha mikro baru sehingga dapat berperan dalam mengurangi angka pengangguran. 4. Memfasilitasi proses perencanaan, operasi, dan manajemen kelompok usaha rintisan. 1. Target Ø Mendampingi secara langsung pada kelompok usaha rintisan Ø Membangun akses usaha untuk pengembangan masyarakat Ø Melakukan dampingan dibasis komunitas sampai terbentuknya organisasi yang representatif dikelompok dampingan usaha. Ø Menjalin kerjasama dengan organisasi lain, termasuk pimpinan formal dan non formal. Ø Melakukan fungsi pengawasan kebijakan dalam bentuk konsultasi,penyuluhan, layanan informasi maupun advokasi. 2. Sasaran Ø Masyarakat umum khususnya pada kelompok perintisan Berwirausaha. BENTUK BENTUK KEGIATAN * Pelatihan – pelatihan Perintisan Usaha * Seminar – seminar kewirausahaan * Bantuan Pemodalan Usaha * Bantuan fasilitas usaha * Pendampingan usaha berkelanjuta Sumber Dana · Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat. · Perolehan yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar lembaga atau perkumpulan. PENUTUP Profil Perkumpulan “BINA USAHA MANDIRI” (BUM) untuk kelompok dampingan masyarakat di Surabaya barat dalam konteks yang luas dapat diartikan bagaimana bentuk civil society yang akan diterapkan BUM di Surabaya (Surabaya barat) dan dalam bangunan system peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan program bantuan material secara persial dan gradual tanpa memperbaiki struktur sosial dikomunitas dampingan dikhwatirkan tidak akan mampu memberikan hasil yang optimal. Program yang diterapkan Perkumpulan Bina Usaha Mandiri dalam periode Tahun 2008 – 2009 secara segmentatif dengan skala prioritas pada Kelompok dampingan yang berkelanjutan yang dititik beratkan pada Sosial bisnis, Pengembangan Ekonomi dan sumber daya manusia (SDM). Saran untuk lembaga donor, kebijakan social responsibility melalui pola dan sistem program BUM diatas, diharapkan terarah dan sesuai pada masyarakat yang membutuhkan.

Gapoktan Kelurahan Made


WARTA BUM: wartacom
Lahan sempit di wilayah perkotaan bukan kendala untuk bertani. Tapi yang perlu dipahami, bagaimana tanah bisa dimanfaatkan sesuai dengan struktur. Bagi masyarakat Made yang masih mempertahankan bertani, cara ini tidaklah sulit. Kegiatan bertani tak bisa dilepaskan dari sosok Suliono. Pria yang selalu berpenampilan sederhana ini, seakan tak bisa meninggalkan kehidupannya sebagai petani. Meski lahan-lahan pertanian di sekitar Kelurahan Made sudah menjadi rumah mewah Citra Land.
"Saya terus tetap bertani. Sekarang kita mau bekerja apa. La wong tidak punya keahlian apa-apa. Mungkin nanti anak-anak kita yang tidak bertani lagi, "kata Bang Suli, begitu biasa disapa. Dalam mengkoordinasi wadah usaha tani ini, Bang Suli menyebutnya Agroplis. Nama Agropolis, dia mengartikan secara bebas adalah petani perkotaan.
Awalnya Agropolis menjadi cibiran masayarakat sekitar. Karena ketekunan dan keuletannya, bersama warga yang masih mau bertani. Bang Suli tetap mempertahankan komitmennya. Selain memberdayakan pertanian, Agropolis ini memproduksi pupuk organik. Pupuk organik yang diproduksi, hanya untuk para anggota Gabungan Kelempok Tani (Gapoktan). "Jika nanti sudah ada lisensi, tidak menutup kemungkinan akan dipasarkan, "ungkapnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Bambang DH, sempat memuji langkah masyarakat Made yang masih mempertahankan hidup bertani, ini cara berpikir orang kota, berpikir cerdas,” kata sang Walikota saat bertandang dikelurahan paling barat Kota Surabaya saat Panen Raya cabe merah.
Melihat kenyataan ini awalnya Bambang mengakui tidak percaya, bahwa kawasan Kelurahan Made yang gersang ternyata produktif sebagai penghasil pertanian. Dia mengaku cukup terkejut melihat lombok merah dari hasil tanam petani Made. Lombok ini tidak hanya disuplai di Pasar Keputran Surabaya, tapi juga dikirim sampai ke Palembang dan Jawa Barat. “Ini luar biasa, hasil bertani masyarakat Made tidak hanya dinikmati masayarakat di Surabaya saja. Masyarakat diluar Jawa juga ikut merasakan, ” ungkapnya.
Setiap hari di wilayah Made dilakukan panen cabe merah 40 ton. Hal serupa jika musim mangga Made yang sudah terkenal, tomat, timun mas, pare dan produk-produk pertanian lainnya, mudah-mudahan ikon Made dan Surabaya. Walikota ini juga berharap, hasil pertanian warga Made, nantinya juga bisa dipasarkan di Pasar CitraRaya yang wilayahnya bertetangga dengan Kelurahan Made. Sehingga kelompok tani di Made tidak kesulitan memasarkan produknya.
Dalam kesempatan ini Bambang DH melakukan Panen Raya dengan memanen cabe merah bersama Gatot Heri Subekti Lurah Made,, juga Kresnayana Yahya CEO Enciety Business Consult. Setelah melakukan Panen Raya, Bambang DH meninjau pameran hasil urban farming di G-Walk CitraRaya Surabaya dan dilanjutkan dengan temu wicara yang diikuti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Program urban farming ini digagas Pemkot Surabaya dan didukung Suara Surabaya, suarasurabaya.net, Surabaya City Guide, sertaEnciety Business Consult.

Pengikut


Copyright@2009.BINA UASAH MANDIRI.All Rights Reserved